Kisah Alumni : Mengabdikan Diri di Negeri Sakura

Konnichiwa Sobat Smaliska! Sudah lama nih, kita tidak bertemu di rubrik alumni sukses. Rubrik alumni sukses kali ini, kita akan menampilkan perjalanan hebat oleh alumni kita yang super duper keren. Yuk kita simak bareng-bareng!

Tita Hartiwi namanya, beliau lebih sering disapa Kak Tita. Lahir di Sidoarjo, 13 September 1986. Saat ini beliau adalah seorang dosen di Allice International College, Jepang. Bagaimana  perjalanan kisahnya menjadi sosok tenaga pendidik di negeri Sakura? Kita pindah pembahasan berikutnya.

Sebelum menduduki posisinya saat ini, rupanya dulu Kak Tita seringkali menjadi siswi pindahan. Riwayat pendidikannya ini dimulai di SDN 2 Temu. Lalu berpindah ke Sulawesi Selatan, di sana beliau melanjutkan jenjang SD-nya di SDN 2 Sengkal kemudian berpindah lagi ke SDN 3 Parepare. Setelah lulus dari bangku sekolah dasar, beliau lanjut di SMPN 1 Parepare. Namun, tak sampai 3 tahun di sana, Kak Tita kembali lagi ke Jawa Timur dan melanjutkan pendidikan SMP-nya di SMPN 3 Krian. Pendidikan SMA Kak Tita diselesaikan di SMA Al Islam Krian. Kak Tita adalah alumni Smaliska yang lulus pada tahun 2002.

Huft, cukup rumit ya mengingat riwayat pendidikan Kak Tita? Tentunya, hal ini bukan semata-mata tanpa alasan. Penyebab Kak Tita seringkali menjadi siswi pindahan adalah karena adanya kepentingan bisnis orangtuanya yang mempunyai pabrik. Sehingga Kak Tita mau tak mau harus berpindah-pindah sekolah. Tetapi, kepindahan ini bukan merupakan alasan Kak Tita untuk berhenti meraih kesuksesan. Setelah lulus dari SMA Al Islam Krian, Kak Tita kembali belajar di tempat yang jauh lagi. Tepatnya di STIKes Keperawatan yang ada di Cirebon. Kak Tita lulus dari sana pada tahun 2008.

Sewaktu berkuliah di STIKes Keperawatan yang ada di Cirebon, kebetulan sensus Kak Tita asli orang Jepang. Jadi, banyak informasi langsung dari BNP2TKI dan Program Jituji yang diterima oleh Kak Tita dan teman-teman. Nah, salah satu program dari naungan BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia) adalah Program EPA (Economy Partnership Agreement). Program EPA sendiri merupakan program calon perawat untuk bekerja sebagai perawat di Jepang. Program ini merupakan program yang dilindungi oleh pemerintah.

Disinilah titik awal Kak Tita meniti kesuksesan di negeri matahari terbit. Setelah mengetahui adanya informasi program EPA, Kak Tita akhirnya mengikuti program ini. Kak Tita bercerita, saat itu ada sekitar 2000 peserta yang mendaftar. Semua peserta akan melalui serangkaian seleksi yang ketat. Seleksinya apa saja tuh? Tahapan seleksi ini meliputi tes kesehatan (medical check up), tes tulis, tes interview, dan tes matching. Adapun tes matching ini adalah tes perjodohan. Loh, maksudnya gimana tuh? Tes matching ini merupakan tes penilaian attitude kita yang akan dinilai langsung oleh user Jepang. Kita pun akan menilai user Jepang tersebut yang menunjukkan nantinya kita akan berjodoh di perusahaan mana.

Setelah melewati tahap seleksi yang rumit, dari 2000 peserta yang mendaftar, akhirnya 105 peserta yang dinyatakan lolos dan diterima. Dari 105 peserta tersebut salah satunya adalah Kak Tita. Langsung deh, Kak Tita pergi ke Jepang dalam rangka program bekerja. Sebelum mulai bekerja, Kak Tita menjalani pelatihan bahasa Jepang di Osaka selama 6 bulan. Setelah itu, barulah beliau memulai kariernya di Jepang.

Selama bekerja di Jepang, Kak Tita mengampu status sebagai perawat lansia. Pekerjaan ini cukup berpeluang di Jepang loh, sobat Gema! Mengapa? Hampir 80% penduduk Jepang adalah lansia. Wah, cukup mencengangkan mengetahui fakta kependudukan negara pelopor teknologi ini! Selain itu, orang-orang Jepang yang masih dalam usia produktif juga kurang berminat dalam pekerjaan ini. Sehingga pekerjaan tersebut menjadi peluang tersendiri bagi warga asing seperti Kak Tita.

Kak Tita bekerja di panti lansia selama 4 tahun lamanya. Sebenarnya peserta EPA dapat memperpanjang kontrak kerjanya tanpa batas waktu. Namun karena ada kendala faktor kesehatan, akhirnya Kak Tita memutuskan untuk kembali pulang ke Indonesia pada tahun 2012.

Selama di Indonesia, Kak Tita mencoba melamar berbagai pekerjaan. Namun sayangnya belum ada yang cocok. Beliau juga sempat menjalankan usaha ternak lele bersama alumni Smaliska juga loh. Banyak sekali yang dilakukan Kak Tita untuk kembali meraih kesuksesannya.

Kemudian pada tahun 2015 Kak Tita kembali melanjutkan pendidikannya di Jepang. Pada waktu itu ada program beasiswa S2 di Jepang. Kak Tita ikut lalu keterima nih, Sobat Gema! Wah, keren banget gak sih?! Akhirnya pada tahun 2015, Kak Tita kembali ke Jepang sampai tahun 2023 1ni. Kak Tita lulus program S2-nya pada tahun 2017 kemudian langsung bekerja di Jepang hingga kini menjadi seorang dosen di Alice International College.

Kak Tita masih ingat masa-masa sulit ketika awal-awal tinggal di Jepang. “Sempat mengalami culture shock sama homesick. Kangen orang tua, gimana cara kita harus mendukung mereka. Juga ada kendala makanan halal dan non halal,” ungkapnya.

Nah, begitulah perjalanan panjang Kak Tita meraih kesuksesan kariernya di Jepang. Hingga kini, sudah 13 tahun lamanya Kak Tita menetap di Jepang bersama suami dan putri kecilnya. Kak Tita nggak rutin pulang di Indonesia, kalau di Indonesia cuma dalam rangka program dinas saja yakni sebagai penanggungjawab siswa asing dari Indonesia. Tak hanya di Indonesia saja, Kak Tita juga menjalani program dinasnya di negara-negara lain. Yakni sejumlah 14 negara di kawasan Asia, salah satunya Indonesia. Di Tahun 2023 ini, Kak Tita sedang dinas selama 2 bulan di Indonesia.

Bagaimana sobat? Ada yang tertarik nggak nih bekerja atau berkuliah di Jepang? Semoga kisah Kak Tita menginspirasi sobat semua ya! Jaa mata~ (LIN, HYO)